Tahun ini,
saya percaya selera musik ini tidak terbentuk dengan sendirinya, atau lebih
tepatnya baru menyadari. Pergaulan adalah satu faktor paling besar yang
memengaruhi apa saja yang saya dengarkan tahun ini. Berawal dari dilimpahkannya
jabatan sebagai admin sebuah akun fanbase
sebuah band garage rock kepada
saya, petualangan musik saya terhenti sejenak di ranah seputaran genre tersebut. Terlalu banyak
mendengarkan album AM dari Arctic
Monkeys dan Comedown Machine dari The
Strokes adalah salah satu imbasnya. Butuh waktu sampai mendekati akhir tahun
untuk membuka pikiran dan melanjutkan petualangan itu. Nampaknya, ada banyak
musik bagus yang saya lewatkan tahun ini. Tak masalah, setidaknya ada sekitar
dua belas yang terbaik dan saya tuliskan sepuluh di sini.
10. Camera Obscura - Desire
Lines
Layaknya
sahabat perempuan kesayangan yang setia bercerita kisah cinta, mereka
senantiasa menemani hari-hari saya. Menyempurnakan discography indie pop mereka tahun ini, Desire Lines membuktikan konsistensi Camera Obscura dalam bermusik
pada jalurnya. Intro instrumental mengantarkan kita pada This Is Love yang mendayu dengan vokal Tracyanne Campbell yang
datar dan innocent. Track Cri Dru Coeur selintas
mengingatkan pada tembang Teenager, tapi
seketika menyadarkan kita mereka ada di era berbeda.
9. Chvrches - The
Bones of What You Believe
Glaswegian lain dalam daftar. Trio synthpop ambisius ini hadir dengan debut
album anti tipikal dan mencengangkan. Perpaduan suara Lauren Mayberry yang
manis dan kompleksitas not yang mereka usung adalah padu yang padan. Dengan
rilisan luar biasa, paras cantik Mayberry pun jadi sorotan. Tapi, jangan harap
perempuan feminis ini tinggal diam ketika dirinya dianggap simbol sex.
8. Arcade Fire -
Reflektor
Tahun ini
seolah menjadi waktu yang tepat untuk lahir kembali bagi para musisi. Perbedaan
kentara dengan dua album sebelumnya adalah keberanian terbesar Arcade Fire. Disc pertama yang terkesan raw dan disc kedua yang lebih berkesan kosmis membawa kita tenggelam lebih
dalam pada kisah-kisah yang terinspirasi Black
Orpheous.
7. Youth Lagoon - Wandrous
Bughouse
Aura
menakutkan adalah hal pertama yang menyelubungi telinga serta pengideraan
lainnya saat mendengar musik ciptaan Trevor Powers. Di sisi lain, nomor-nomor
dari album ini bisa menenangkan dalam ranahan yang sulit dimengerti. Diantarkan
tembang instrumental Through Mind and
Back, pendengar bakal tahu mau dibawa ke mana arah bebunyian komploeks itu.
Bunyi drum yang menggema dan kesan
sureal menjadi kekuatan yang tak cuma mengesankan latar, melainkan kepaduan.
6. Haim - Days Are
Gone
Kakak-beradik
Haim berhasil membuat album yang mengantarkan mereka menjadi line up berbagai festival tahun ini.
Trio power pop dengan musik yang bisa
dibilang fashionable ini datang
dengan debut di waktu yang tepat. Seiring kembalinya sentuhan 1980-an di
industri musik tahun ini, Haim ada pada kelas terbaik. Bass line yang cukup menonjol dan bebunyian synth cerdas sanggup menyihir pendengaran secara sempurna.
5. Jacco Gardner - Cabinet
of Curiousity
Ketika
teman saya Ilham Maulana menyebut-nyebut Gardner sebagai jelmaan Syd Barret,
saya langsung mencari tahu tentang multi instrumentalis penyuka topi yang sanu
ini. Julukan jelmaan ex vokalis Pink Floyd itu tidak berlebihan. Unsur baroque pop dan bebunyian ambient membuat kita tenggelam dalam
dunia dengan tone saturasi rendah
ciptaan Gardner. Terlebih lirik rekaannya berbau psikadelia dan terkesan
sureal. Tak heran bila Evan Minsker dari Pitchfork
mengatakan album ini ada di era yang salah.
4. Foxygen - We Are
The 21st Century Ambassadors of Peace and Magic
Butuh lebih
dari satu tarikan nafas untuk mengucapkan judul album ini. Bermusik bersama
sejak umur 15 tahun, kepala-kepala di balik Foxygen sama sekali tidak tertarik
dan paham akan musik masa kini. Album retro ini sejenak mengingatkan saya akan
musisi lawas macam Donovan pada satu poin. Track
berjudul Shuggie pun memunculkan
romantisme Fly Me to The Moon dengan
konsep musik yang tentu berbeda.
3. Washed Out - Paracosm
Tetap pada
perannya sebagai katalis nostalgia, Ernest Greene menciptakan kenyamanan yang
lebih tinggi dari album sebelumnya, Within
and Without. Lagu-lagu Washed Out yang diklaim sebagai daytime psychedelia ini jelas bukan sebuah romantisme nokturnal.
Menikmatinya di siang yang panas pun masih terasa nikmatnya.
2. Arctic Monkeys -
AM
Glamor,
eksklusif dan rapi. Ketiga kata tadi menggambarkan bebunyian dalam album ini di
kepala saya. Era baru Arctic Monkeys lahir lewat dirilisnya album ini.
Kehadiran Matt sebagai backing vocal sangat
menonjol pada beberapa lagu, sebut saja Do
I Wanna Know yang super seksi dan Knee
Sock yang memiliki secuil sentuhan oriental bila ditilik. Lupakan sejenak
kekuatan gitar dan Alex yang suka sekali mumbling
di sela-sela lagu itu, AM punya posisi baru di hati.
1. Laura Marling - Once
I Was An Eagle
Nona
Marling yang tersakiti hatinya tidak terjerumus dalam kesedihan seperti
lagu-lagu cinta yang ramai di pasaran itu. Ia lebih memilih menyangkal patah
hati dengan kekuatan dan rasa tidak bersalah. Ini lah enam belas track yang menunjukkan kematangan
Marling sebagai the darling of British
folk. Seluruh gitar dan vokal yang diambil dengan satu kali take dan konsep album yang memukau
membuat album ini menjadi pencapaian luar biasa seorang Marling di usia 23.
Sumedang, Halaman Belakang, diiringi The Rip Tide dari Beirut. Perayaan tahun baru kali ini di kaki gunung dan jauh dari kebisingan.
-Lana-
-Lana-
Wah sayang ngetz gak ada Unknown Mortal Orchestra.
ReplyDeletesayang banget baru dengerin album mereka awal 2014 ini
Deletewah saya hanya tau camera obscura nya sajah...hahaha
ReplyDeletetambah keren aja pengetahuan musik nya
ReplyDelete