31.12.13

10 Rilisan Paling Apik 2013

Tahun ini, saya percaya selera musik ini tidak terbentuk dengan sendirinya, atau lebih tepatnya baru menyadari. Pergaulan adalah satu faktor paling besar yang memengaruhi apa saja yang saya dengarkan tahun ini. Berawal dari dilimpahkannya jabatan sebagai admin sebuah akun fanbase sebuah band garage rock kepada saya, petualangan musik saya terhenti sejenak di ranah seputaran genre tersebut. Terlalu banyak mendengarkan album AM dari Arctic Monkeys dan Comedown Machine dari The Strokes adalah salah satu imbasnya. Butuh waktu sampai mendekati akhir tahun untuk membuka pikiran dan melanjutkan petualangan itu. Nampaknya, ada banyak musik bagus yang saya lewatkan tahun ini. Tak masalah, setidaknya ada sekitar dua belas yang terbaik dan saya tuliskan sepuluh di sini.

10. Camera Obscura - Desire Lines
Layaknya sahabat perempuan kesayangan yang setia bercerita kisah cinta, mereka senantiasa menemani hari-hari saya. Menyempurnakan discography indie pop mereka tahun ini, Desire Lines membuktikan konsistensi Camera Obscura dalam bermusik pada jalurnya. Intro instrumental mengantarkan kita pada This Is Love yang mendayu dengan vokal Tracyanne Campbell yang datar dan innocent. Track Cri Dru Coeur selintas mengingatkan pada tembang Teenager, tapi seketika menyadarkan kita mereka ada di era berbeda.

9. Chvrches - The Bones of What You Believe
Glaswegian lain dalam daftar. Trio synthpop ambisius ini hadir dengan debut album anti tipikal dan mencengangkan. Perpaduan suara Lauren Mayberry yang manis dan kompleksitas not yang mereka usung adalah padu yang padan. Dengan rilisan luar biasa, paras cantik Mayberry pun jadi sorotan. Tapi, jangan harap perempuan feminis ini tinggal diam ketika dirinya dianggap simbol sex.

8. Arcade Fire - Reflektor
Tahun ini seolah menjadi waktu yang tepat untuk lahir kembali bagi para musisi. Perbedaan kentara dengan dua album sebelumnya adalah keberanian terbesar Arcade Fire. Disc pertama yang terkesan raw dan disc kedua yang lebih berkesan kosmis membawa kita tenggelam lebih dalam pada kisah-kisah yang terinspirasi Black Orpheous.

7. Youth Lagoon - Wandrous Bughouse
Aura menakutkan adalah hal pertama yang menyelubungi telinga serta pengideraan lainnya saat mendengar musik ciptaan Trevor Powers. Di sisi lain, nomor-nomor dari album ini bisa menenangkan dalam ranahan yang sulit dimengerti. Diantarkan tembang instrumental Through Mind and Back, pendengar bakal tahu mau dibawa ke mana arah bebunyian komploeks itu. Bunyi drum yang menggema dan kesan sureal menjadi kekuatan yang tak cuma mengesankan latar, melainkan kepaduan.

6. Haim - Days Are Gone
Kakak-beradik Haim berhasil membuat album yang mengantarkan mereka menjadi line up berbagai festival tahun ini. Trio power pop dengan musik yang bisa dibilang fashionable ini datang dengan debut di waktu yang tepat. Seiring kembalinya sentuhan 1980-an di industri musik tahun ini, Haim ada pada kelas terbaik. Bass line yang cukup menonjol dan bebunyian synth cerdas sanggup menyihir pendengaran secara sempurna.

5. Jacco Gardner - Cabinet of Curiousity
Ketika teman saya Ilham Maulana menyebut-nyebut Gardner sebagai jelmaan Syd Barret, saya langsung mencari tahu tentang multi instrumentalis penyuka topi yang sanu ini. Julukan jelmaan ex vokalis Pink Floyd itu tidak berlebihan. Unsur baroque pop dan bebunyian ambient membuat kita tenggelam dalam dunia dengan tone saturasi rendah ciptaan Gardner. Terlebih lirik rekaannya berbau psikadelia dan terkesan sureal. Tak heran bila Evan Minsker dari Pitchfork mengatakan album ini ada di era yang salah.

4. Foxygen - We Are The 21st Century Ambassadors of Peace and Magic
Butuh lebih dari satu tarikan nafas untuk mengucapkan judul album ini. Bermusik bersama sejak umur 15 tahun, kepala-kepala di balik Foxygen sama sekali tidak tertarik dan paham akan musik masa kini. Album retro ini sejenak mengingatkan saya akan musisi lawas macam Donovan pada satu poin. Track berjudul Shuggie pun memunculkan romantisme Fly Me to The Moon dengan konsep musik yang tentu berbeda.

3. Washed Out - Paracosm
Tetap pada perannya sebagai katalis nostalgia, Ernest Greene menciptakan kenyamanan yang lebih tinggi dari album sebelumnya, Within and Without. Lagu-lagu Washed Out yang diklaim sebagai daytime psychedelia ini jelas bukan sebuah romantisme nokturnal. Menikmatinya di siang yang panas pun masih terasa nikmatnya.

2. Arctic Monkeys - AM
Glamor, eksklusif dan rapi. Ketiga kata tadi menggambarkan bebunyian dalam album ini di kepala saya. Era baru Arctic Monkeys lahir lewat dirilisnya album ini. Kehadiran Matt sebagai backing vocal sangat menonjol pada beberapa lagu, sebut saja Do I Wanna Know yang super seksi dan Knee Sock yang memiliki secuil sentuhan oriental bila ditilik. Lupakan sejenak kekuatan gitar dan Alex yang suka sekali mumbling di sela-sela lagu itu, AM punya posisi baru di hati.

1. Laura Marling - Once I Was An Eagle
Nona Marling yang tersakiti hatinya tidak terjerumus dalam kesedihan seperti lagu-lagu cinta yang ramai di pasaran itu. Ia lebih memilih menyangkal patah hati dengan kekuatan dan rasa tidak bersalah. Ini lah enam belas track yang menunjukkan kematangan Marling sebagai the darling of British folk. Seluruh gitar dan vokal yang diambil dengan satu kali take dan konsep album yang memukau membuat album ini menjadi pencapaian luar biasa seorang Marling di usia 23.


Sumedang, Halaman Belakang, diiringi The Rip Tide dari Beirut. Perayaan tahun baru kali ini di kaki gunung dan jauh dari kebisingan.

-Lana-




4 comments:

  1. Wah sayang ngetz gak ada Unknown Mortal Orchestra.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sayang banget baru dengerin album mereka awal 2014 ini

      Delete
  2. wah saya hanya tau camera obscura nya sajah...hahaha

    ReplyDelete
  3. tambah keren aja pengetahuan musik nya

    ReplyDelete