17.9.14

Bersambung Lewat 'J-Crush'

Kematian seperti apa yang kita inginkan? Sudah ada anak cucu, pensiun dari pekerjaan, terkena penyakit kemudian meninggal di rumah sakit – bukan cerita yang asing. Saya juga beberapa kali mendengar orang lain yang kehilangan temannya karena kecelakaan, umur masih duapuluhan. Ada juga mereka yang tak sanggup lagi menghadapi realita dan memutuskan bunuh diri. Sementara di luar sana, kematian di tangan kriminal terjadi setiap saat.

Siapa sangka suatu malam ketika pulang dari supermarket sendirian, kita menyaksikan seorang pembunuh menggeret mayat ke dalam bagasi mobil. Adegan seperti ini mungkin saja hanya terjadi sekali seumur hidup. Wajar kalau kita mematung dan menyaksikan sambil terpana. Saking absurdnya adegan ini, kita sampai tak sadar ada bahaya besar: bagaimana jika pembunuh itu melihat kita? Itu lah yang terjadi pada adegan berikutnya. Kantung plastik berisi belanjaan pun terjatuh, semua terhambur. Makanan kaleng yang bakal jadi santapan makan malam jadi senjata pembunuh yang mengambil nyawa.

Saya bergidik ngeri. Apakah saya korban selanjutnya karena menonton video ini? Adegan dalam video klip Toe Cutter / Thumb Buster dari Thee Oh Sees telah membius saya selama beberapa detik. Selanjutnya saya menikmati distorsi dan bebunyian garage-psychedelic dari projek John Dwyer, lalu melahap tembang-tembang lainnya. Kuartet yang berbasis di San Fransisco, California ini produktif merilis album sejak 2008. Saya cukup tercengang ketika mereka tiba-tiba menyatakan untuk hiatus dan mengeluarkan album Drop (2014) sebagai salam perpisahan.

Saya selalu punya hati untuk musik garage dan psychedelic. Kehadiran musik Thee Oh Sees cukup menyegarkan untuk kepuasan batin dan telinga. Drop masih setia dengan gaya bermusik mereka selama berkarir, noise dan chaos. Sebuah kejutan dalam Drop, ada nostalgia kecil yang mengingatkan saya pada Pink Floyd era Syd Barrett. Tidak mudah melupakan Interstellar Overdrive, kemudian saya menemukan sepenggal jiwanya dalam Drop.   

Ketika kecintaan saya pada Drop sedang memuncak, saya dipertemukan dengan Napolleon (bukan, bukan tokoh yang kita pelajari dalam mata pelajaran Sejarah itu). Aksi mereka di panggung di pelataran unkl347 Trunojoyo, Bandung, cukup membuat saya terkesan. Dalam daftar line-up pengisi acara Space Intruders #2 malam itu, mereka yang bikin saya anteng menikmati. Seperti deskripsi yang mereka sebutkan dalam akun Soundcloud Napolleon, repetisi echo, reverb dan nyawa musik psychedelic era 1960-an menjalar dari sound system. Begitu familiar, namun khas. Ya, kota kelahiran saya memang ajaib, ada saja atmosfir yang membuatnya melahirkan musisi tak terduga.

Saya hanya sedang ingin bercerita petualangan musik saya akhir-akhir ini. Beberapa di antaranya entah mengapa memiliki kaitan, sementara yang lainnya memiliki nyawa dari jaman yang berbeda. Suara khas pedal fuzz yang menjadi senjata utama garage rock pada tahun-tahun awal kelahirannya di Detroit tak tergantikan. Dengan tempo yang lebih kalem dari kedua band yang telah saya bicarakan tadi, Splashh meracik kekhasan fuzz dan bebunyian synth ke dalam musik dreamy mereka. Ide-ide brilian Sasha Carlson dan Toto Vivian ini tertuang dalam lagu-lagu neo-shoegaze (yang nikmat jadi pengiring hari-hari bersimbah cahaya matahari di pantai. haha). Saya tak mengada-ada soal musik mereka yang cocok dengan hari cerah, chord major musik mereka memberikan mood positif dan Splashh sendiri mengklaim musik mereka memang membuat bahagia. Bagi saya yang kelahiran tahun 1990-an, musik pop jenis ini tidak lah asing buat telinga. There’s a nostalgic 1990’s spirit in their music.

Lantas, petualangan musik saya masih berlanjut. Siang ini kawan saya meminta bantuan mencari lagu-lagu dari band asal Jepang Angel’in Heavy Syrup. Eh, band apa ini? Saya sama sekali belum pernah mendengar soal band ini. Musisi Jepang yang saya dengarkan sampai saat ini mentok di Mono dan Harumi. Akhirnya saya coba mendengarkan beberapa lagu via Youtube dan… tercengang. Track First Love dari Angel’in Heavy Syrup lengkap dengan video trippy khas psychedelic plus vokal wanita dengan lirik bahasa Jepang!

Ya… saya memang se-tercengang itu. Angel’in Heavy Syrup ini merupakan band psychedelic rock yang terbentuk di Osaka sejak tahun 1990 dan seluruh personilnya wanita. Pertemuan saya dengan kuartet psychedelic asal Jepang ini menuntun saya buat menelusuri musisi-musisi Jepang lainnya. Dan… saya bertemu pula dengan Nissenenmondai di sebuah forum yang bicara soal musisi-musisi Jepang yang bisa mereka (orang-orang dalam forum) bilang cukup cult. Mungkin di lain waktu saya akan mengobrol panjang tentang mereka. Saya baru jatuh cinta dan belum menjalin hubungan dengan mereka, jadi belum ada banyak cerita.


-Lana-

                

No comments:

Post a Comment