Ketika kamu mencapai kata terlalu, mungkin kamu mendekati akhir. Kamu
yang selalu merasa kehidupan serba kekurangan tiba-tiba mengucap kata itu? Tak
ada rasa syukur. Hanya ada kekurangan dan kelebihan dalam benakmu. Lalu, kapan
kamu merasa cukup? Berkecukupan seringkali jadi hilang dalam waktu, tak
dinikmati meski nikmat.
Tiba-tiba tak sengaja aku mengucap kata itu dan
tersadar. Kenyataannya, semua yang terucap memang selalu kembali ke mulut
pemilik kata. Lalu, aku meralatnya dan merasa bersalah. Aku memang tak pernah
sadar akan kata terlalu yang tertancap dalam pikiran ini. Sampai tiba detik
ini. Mungkin aku dan kamu terlalu, tapi selalu ada waktu di mana kita tersadar
dan kembali merasa cukup.
Memang lama kita berada di atas tanah yang
sama. Aku sampai tak bisa lagi membedakan godaan dan perasaan yang
sesungguhnya. Tidak kah kamu meleleh ketika dihadapkan dengan lawan jenis yang
begitu menarik-dalam berbagai aspek? Meleleh lah pada saat itu juga sampai
sumbumu habis. Pada akhirnya kita tak punya lagi sumbu dan jadi lilin yang tak
bisa berbuat apa-apa. Mata hati seakan buta menganggap semua itu goda belaka. Godaan
yang berulang kali datang. Buta, dibutakan, membutakan diri, biar ada dalam
sebuah jalur yang sama.
Kamar kosan Menteng Kecil yang beberapa hari lagi bakal saya tinggalkan, terima kasih kamu sudah memberikan momen berpikir dan menjadi puitis tengah malam ini. Selalu sensasi yang sama.
-Lsy-
No comments:
Post a Comment