5.7.15

. . .

Hamparan luas tanah berlimpah daya,
aku tidak pernah memintanya datang ke sana.

Tak sedikitpun rayu itu ku andaikan,
menjadi tafsir yang baku bagimu.
Seluruhnya semata-mata kejenakaan,
seperti yang kau sampaikan juga pada mereka.
Segala kebaikan dari laku ini,
adalah ketulusan cuma-cuma untuk sembarang orang,
dan kau bukan sebuah pengecualian.
Dalam sayu sanubari, terkadang aku simpan setitik pamrih,
dari semua presensiku di sekitarmu.

Pada akhirnya, titik itu berkali-kali memudar dan menebal.

Percaya lah, itu hanya afeksi halus,
yang nantinya lenyap seiring waktu.
Sesungguhnya, aku belum bisa menyimpulkan,
keberadaan telak sebuah rasa tanpa lalu.
Maka, aku memilih berdiri di atas pembiaran.
Kenyataannya, meskipun aku memilih berpijak di sana,
tidak ada yang beralih dalam tumpuan.
Adalah candu yang tak terelakan,
ketika segala percobaan itu tak berujung pada apapun.
Kita ada untuk menunggu kita yang lain.

Akan ada sebuah kalimat, pada sebuah tenggat.
Sebuah pemecah ihwal tak berwujud.
Ketika semua kalut menjadi lugas.

Dan aku sungguh berterimakasih,
akan keberpihakan alam,
pada kita.

Semua konsepku tentang afeksi,
terbantahkan.

Kau datang dengan sendirinya tanpa bujukan.




-Lana-

No comments:

Post a Comment