Ketika masih duduk di
bangku sekolah menengah pertama, saya ingat betul musik yang saya gemari. Saya
hanya menyukai musik-musik turunan dari Bapak dan Ibu saya, yang notabene musik
lama, serta musik Top 40 yang ada
ditayangkan di MTv Ampuh. Tak ada keinginan untuk mencari tahu musik-musik
bagus di luar sana. Saya pun tidak menyadari kelahiran band-band yang kini saya
sangat gandrungi di era 2000an. Selera berpakaian pun belum seindependen
sekarang. Saya hanya anak remaja pada umumnya dan oleh karena itu, mungkin saya
hanya anak kuliahan pada umumnya. Kenapa kita tidak dididik menjadi independen
sejak dini?
Independen yang saya
maksud bukan independen yang memiliki pergeseran makna yang dijadikan genre
musik, film, dan cara berpakaian, tapi bagaimana seseorang memiliki selera dan
pemikiran sendiri. Saat remaja, kebanyakan dari kita hanya menerima yang ada di
permukaan. Entah apa yang merasuki remaja, saya di masa lalu, dan mereka yang
ada di masa sekarang. Bisa jadi ada kesalahan asupan informasi, misalnya medium
majalah dan buku bacaan.
Waktu kecil saya
berlangganan Majalah Bobo, ibu saya
bilang majalah ini bermanfaat karena banyak informasi dan pengetahuannya.
Beranjak remaja, ibu saya sering membelikan majalah Hai. Meskipun Hai merupakan
majalah remaja laki-laki, saya senang membacanya. Ibu saya pun saat itu
mengatakan, kebanyakan majalah remaja putri lainnya miskin informasi dan
artikel bermanfaat. Ibu saya berperan banyak soal pilihan majalah sampai saya
SMP dan itu sangat membantu. Saya mengenal majalah remaja putri sejak SMA dan
isinya memang kebanyakan soal gaya hidup, fesyen, dan kecantikan saja. Padahal
saat remaja merupakan saat yang tepat untuk membuka mata, melihat betapa
besarnya dunia.
Salut untuk remaja
yang mau memuka mata dan tidak terkungkung arus utama!
-Lsy-
No comments:
Post a Comment