1.2.13

Remaja Arus Utama

Hari ini saya ditugaskan meliput peluncuran buku salah satu pembawa acara Dahsyat, Jessica Iskandar. Jaman film Dealova sedang beken-bekennya, saya sempat nge-fans. Itu cerita lama yang bikin saya terheran-heran, apakah ABG alias remaja yang masih duduk di bangku SMP dan SMA memiliki kecenderungan lebih besar dibandingkan generasi sebelumnya untuk menerima apa yang diberikan pasar? Coba lihat saja penggemar boyband dan girlband yang rata-rata anak-anak SMP dan awal SMA (tanpa menyinggung penggemar yang duduk di bangku kuliah J). Majalah remaja di Indonesia pun rata-rata menaikan info dan berita seputaran artis-artis arus utama.

Ketika masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, saya ingat betul musik yang saya gemari. Saya hanya menyukai musik-musik turunan dari Bapak dan Ibu saya, yang notabene musik lama, serta musik Top 40 yang ada ditayangkan di MTv Ampuh. Tak ada keinginan untuk mencari tahu musik-musik bagus di luar sana. Saya pun tidak menyadari kelahiran band-band yang kini saya sangat gandrungi di era 2000an. Selera berpakaian pun belum seindependen sekarang. Saya hanya anak remaja pada umumnya dan oleh karena itu, mungkin saya hanya anak kuliahan pada umumnya. Kenapa kita tidak dididik menjadi independen sejak dini?

Independen yang saya maksud bukan independen yang memiliki pergeseran makna yang dijadikan genre musik, film, dan cara berpakaian, tapi bagaimana seseorang memiliki selera dan pemikiran sendiri. Saat remaja, kebanyakan dari kita hanya menerima yang ada di permukaan. Entah apa yang merasuki remaja, saya di masa lalu, dan mereka yang ada di masa sekarang. Bisa jadi ada kesalahan asupan informasi, misalnya medium majalah dan buku bacaan.

Waktu kecil saya berlangganan Majalah Bobo, ibu saya bilang majalah ini bermanfaat karena banyak informasi dan pengetahuannya. Beranjak remaja, ibu saya sering membelikan majalah Hai. Meskipun Hai merupakan majalah remaja laki-laki, saya senang membacanya. Ibu saya pun saat itu mengatakan, kebanyakan majalah remaja putri lainnya miskin informasi dan artikel bermanfaat. Ibu saya berperan banyak soal pilihan majalah sampai saya SMP dan itu sangat membantu. Saya mengenal majalah remaja putri sejak SMA dan isinya memang kebanyakan soal gaya hidup, fesyen, dan kecantikan saja. Padahal saat remaja merupakan saat yang tepat untuk membuka mata, melihat betapa besarnya dunia.

Salut untuk remaja yang mau memuka mata dan tidak terkungkung arus utama!


-Lsy-

No comments:

Post a Comment