Saya pun begitu, hari
ini menghabiskan akhir pekan dengan keluarga. Saat itu, ada dua pemandangan
yang membuat saya berpikir dua kali. Mengingatkan saya pada masa kecil dan membuat
saya bertanya-tanya, apakah saya dulu seperti itu?
Seorang anak menangis
sangat keras sambil menengok ke belakang. Ia baru saja meninggalkan arena
bermain perosotan dan mandi bola. Ia terus merengek kepada orangtuanya,
kedengarannya masih ingin bermain. Orangtua si anak itu malah marah dan menarik
tangan anak yang masih terus menangis sambil menengok ke arena bermain.
Sebegitu
menyenangkannya kah arena bermain itu? Kalau pada akhirnya orangtua dari anak
itu memarahi anaknya karena ingin bermain lagi, kenapa ia membawa anaknya ke
arena bermain? Lantas saya berpikir hal-hal lain yang menyebabkan betahnya
anak-anak di arena bermain. Mungkin saja keadaan di rumah mereka tidak lebih
menyenangkan dari di sana. Mereka lebih memilih berontak dengan menangis
daripada ikut tuntunan orangtua mereka. Toh anak-anak memang pada dasarnya suka
bermain. Sudah seharusnya rumah menjadi tempat menyenangkan yang bisa menunjang
kesenangan mereka. Mungkin kalau di rumah keadaannya menyenangkan, mereka tak
perlu lagi ke area mandi bola dan perosotan di mall.
Sedari tadi, di
sebelah saya ada seorang ibu yang duduk memangku anaknya yang masih balita. Tak
lama dari pemikiran saya tentang anak menangis itu muncul, tiba-tiba datang
anak-anak berlarian ke arah saya. Lebih tepatnya ke ibu yang duduk di sebelah
saya. Mereka berkeringat, tersenyum, dan menyapa ibu mereka. Baik orangtua
maupun anak, keduanya kelihatan gembira. Tak ada tangis atau amarah seperti
peristiwa yang beberapa menit lalu terjadi. “Gimana, dek, capek ya? Udah puas
kan mainnya?” tanya si ibu sambil senyum. Anak-anaknya pun mengangguk dan
mengelap keringat.
Sesuatu yang membuat
anak betah di rumah bukan hanya mainan, melainkan kehangatan orang-orang yang
tinggal bersama mereka.
-Lsy-
No comments:
Post a Comment