10.8.13

Dalam Lamunan, Khayalan dan Mimpi

Apakah kamu bisa membunuhku dalam lamunan? Apakah kamu bisa membunuhku dalam khayalan? Kadang aku tak menginginkan diri ini berada di sana. Bersama kamu, bersama manusia lainnya, atau pun bersama kematian. Sadar diriku seringkali berada di sana membuat rasa perih. Kesemuan itu cuma kesenjangan tak terpecahkan. Ilusi itu membuatku melayang semakin tinggi. Dari ketinggian, aku menyayat nadi sambil tak bisa mati. Aku berada di sana dan terus melukai diri sendiri.

Kesakitan yang tak nyata, bisa kah kamu rasakan? Untuk merasakannya, lagi-lagi kamu harus menyiksa diri dengan ketidaknyataan.

Bunuh aku dalam mimpiku. Maka aku akan mati di sana, terkubur, kaku. Tak ada lagi malam penuh warna. Gelap gulita. Tak ada lagi bunga tidur. Aku mati di sana. Aku bisa hadir dalam mimpimu dan hidup kembali. Tapi aku tak akan punya daya untuk menjadi juru kunci. Tak ada yang bisa aku lakukan selain mengikuti alurmu. Sesusungguhnya kamu punya pilihan bisa hidup kembali. Apapun bisa terjadi dalam mimpi bukan? Jika memang kamu dibunuh hanya dengan konsepsi, kamu bisa melakukan itu. Tapi kamu membunuhku dengan akal sehat. Aku tak punya pilihan.


Kini aku tak memiliki mimpiku sendiri dan senantiasa hinggap dalam malam dan lamunan manusia.


Tasik, lanjutan pembunuhan dalam mimpi yang baru bisa selesai seminggu kemudian. Rasa apa ini? Menyiksa!

-Lsy-

No comments:

Post a Comment