Apakah kamu bisa
membunuhku dalam lamunan? Apakah kamu bisa membunuhku dalam khayalan? Kadang
aku tak menginginkan diri ini berada di sana. Bersama kamu, bersama manusia
lainnya, atau pun bersama kematian. Sadar diriku seringkali berada di sana
membuat rasa perih. Kesemuan itu cuma kesenjangan tak terpecahkan. Ilusi itu
membuatku melayang semakin tinggi. Dari ketinggian, aku menyayat nadi sambil
tak bisa mati. Aku berada di sana dan terus melukai diri sendiri.
Kesakitan yang tak
nyata, bisa kah kamu rasakan? Untuk merasakannya, lagi-lagi kamu harus menyiksa
diri dengan ketidaknyataan.
Bunuh aku dalam
mimpiku. Maka aku akan mati di sana, terkubur, kaku. Tak ada lagi malam penuh
warna. Gelap gulita. Tak ada lagi bunga tidur. Aku mati di sana. Aku bisa hadir
dalam mimpimu dan hidup kembali. Tapi aku tak akan punya daya untuk menjadi
juru kunci. Tak ada yang bisa aku lakukan selain mengikuti alurmu.
Sesusungguhnya kamu punya pilihan bisa hidup kembali. Apapun bisa terjadi dalam
mimpi bukan? Jika memang kamu dibunuh hanya dengan konsepsi, kamu bisa
melakukan itu. Tapi kamu membunuhku dengan akal sehat. Aku tak punya pilihan.
Kini aku tak memiliki
mimpiku sendiri dan senantiasa hinggap dalam malam dan lamunan manusia.
Tasik, lanjutan pembunuhan dalam mimpi yang baru bisa selesai seminggu kemudian. Rasa apa ini? Menyiksa!
-Lsy-
No comments:
Post a Comment