20.2.13

Bukan Akumulasi Waktu

Ketika dalam perjalanan, saya melihat sebuah billboard lumayan besar yang membicarakan kemacetan. Katanya, kalau kita menghabiskan enam jam perjalanan dalam sehari, sama saja dengan tidak pulang ke rumah selama dua setengah bulan. Saya langsung menertawakannya, tapi tak lama dari tawa itu saya berpikir. Apakah kita perlu mengakumulasikan waktu-waktu yang pernah kita lalui?

Billboard itu memang ada benarnya, tapi kita tak perlu merasa rugi karena tidak pulang ke rumah selama dua setengah bulan. Tidak setiap perjalanan panjang dihabiskan secara percuma, meskipun hanya kita habiskan dengan duduk/berdiri dalam kendaraan. Toh kita punya tujuan, setiap tujuan memerlukan usaha biar bisa tercapai. Jadi, perjalanan itu tidak sia-sia. Dalam kasus lain, sebuah perjalanan bisa kita isi dengan 'pendamping perjalanan'. Membaca, mendengarkan musik, bermain game, dan dengan teknologi bernama smartphone kita bisa melakukan lebih banyak hal lagi. Dengan semua itu, kita bisa menaikan 'nilai' perjalanan.

Tak perlu mengakumulasikan waktu-waktu yang telah dilalui. Apakah kita harus menyesal karena menghabiskan lebih dari separuh waktu hidup kita dengan tidur? Atau menyesal karena menghabiskan waktu selama 30 hari dalam setahun di kamar mandi? Hidup di dunia bukan soal akumulasi waktu.


Jakarta, gelap-gelap terang.

-Lsy-

No comments:

Post a Comment